Program KOTAKU Prov. Kepri membuka kesempatan kerja untuk menjadi Asisten Korkot dan Fasilitator Tahun 2017. Detail Klik Disini

Minggu, 29 Mei 2016

Harga Kedelai Melambung Tinggi, Tempe Ibu Murniati Tetap Diminati

Penulis: Oriency P.Sitinjak (TA PPMK kepri) Ibu Murniati adalah sosok ibu rumah tangga yang ikut membantu suami dalam menafkahi kelua... thumbnail 1 summary


Penulis: Oriency P.Sitinjak (TA PPMK kepri)
Ibu Murniati adalah sosok ibu rumah tangga yang ikut membantu suami dalam menafkahi keluarga, dikarenakan keahlian yang dimiliki adalah membuat Tempe maka ibu murniati mengawali usaha kecil-kecilan membuat tempe sekitar tahun 2001, jadi usaha ini sudah berjalan 13 tahun. Usaha ini Berawal hanya bermodalkan 5 kg kacang kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tempe, setelah diproduksi kemudian dibungkus dengan menggunakan daun pisang, karena tempe yang diproduksi masih dalam jumlah sedikit maka hanya dijual disekitar rumah saja.

Pada tanggal 23 Desember 2015 ibu murniati bersama 5 orang temannya yakni Ibu Tionar Simbolon, ibu Fenti, Ibu Jumiran dan Ibu Suati yang bergabung dalam KSM Flamboyan, atas kesepakatan bersama mereka berusaha untuk mengakses dana Pinjaman PPMK yang dikelola oleh UPK-BKM Harapan Jaya di Desa Lancang Kuning Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, pinjaman awal yang didapatkan  dengan total pinjaman kelompok sebesar Rp 19.000.000 dimana masing-masing anggota mendapatkan pinjaman sebesar Rp 3.800.000 selama 10 bulan. Namun sebelum mendapatkan pinjaman PPMK, Ibu Murniati sudah pernah meminjam di UPK melalui dana regular yang dimulai dari Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000. 

Ibu Murniati
Dari dasar inilah UPK memberikan penilaian yang cukup baik, bahwa angggota KSM tidak pernah menunggak dan selalu lancar bayar. dengan tambahan modal itulah maka ibu murniati bisa meningkatkan volume penjualan tempe, dengan 50 karung kacang kedelai berukuran 50 Kg per karung, dalam sebulan ibu Murniati bisa memproduksi sampai 42.500 bungkus tempe berukuran kecil, dimana untuk 1 bungkus tempe dijual seharga Rp 800, harga yang relatif murah sehingga tempe ini sangat diminati.
 
Saat ini tempe yang diproduksi sudah dijual ke pedagang-pedagang kecil di pasar Tradisional, ada sekitar 12 orang pedagang yang rutin setiap harinya membeli tempe secara langsung kepada ibu Murniati.  Sehingga jika dihitung maka Omset yang dihasilkan oleh ibu Murniati bisa mencapai Rp 34.000.000, Namun hal yang menjadi tantangan dalam mengelola usaha tempe adalah mahalnya bahan baku kacang kedelai, dikarenakan sulitnya memperoleh kacang kedelai di Kabupaten bintan maka untuk mendapatkan kacang kedelai secara rutin  Ibu murniati membeli kacang kedelai impor dari singapura dengan Harga Rp 460.000/karung. Dengan semakin banyaknya jumlah tempe yang diolah maka dalam memproduksi tempe, ibu Murniati sudah bisa mempekerjakan 2 Orang tetangga yang bekerja paruh waktu.

 proses pematangan tempe yang alami

Usaha tempe yang digeluti oleh ibu murniati sudah membuahkan hasil manis, dari yang tidak punya rumah sampai akhirnya bisa mempunyai rumah yang ditinggali saat ini, hal itu merupakan Anugerah dari kerja keras dan keuntungan yang didapat dari usaha ini, “Semoga usaha saya lancar dan bisa berkembang” ujar ibu Murniati seraya menutup pertemuan hari ini. (Penulis : Oriency P.Sitinjak)